Arsip Blog

Minggu, 29 Oktober 2023

APA MAKNA PEKAN SUCI?

JAKARTA Apakah yang dimaksud dengan Pekan Suci? Mungkin kamu hanya tahu jika setiap tahun ada libur nasional “Wafatnya Isa Almasih” yang selalu jatuh di setiap April, hari Jumat. Atau kamu hanya mengetahui Paskah yang identik dengan menghias telur, makan Ayam Kalkun Panggang bersama keluarga, dan kelinci sebagai ‘maskot’. Itu hanyalah sedikit dari banyaknya rangkaian Pekan Suci; Jumat Agung dan Hari Raya Paskah. Namun apakah kamu telah mengetahui makna Pekan Suci yang sesungguhnya?

Misa Kamis Putih. Sumber: Komsos Paroki Jatiwaringin

Setiap tahun, umat Katolik merayakan ragam peristiwa penting akan penebusan dosa umat. Inti dari peristiwa ini yakni untuk mengenang akan kasih Allah kepada manusia, dengan menebus dosa-dosa umat-Nya. Agar Allah bisa “hadir” di tengah mereka, Ia mengutus Anak-Nya, Yesus, dengan mewujudkan diri-Nya dalam rupa seorang hamba. 


33 tahun genap usianya, Ia wafat di kayu salib, bersamaan dengan dua penjahat di sisi kanan dan kiri; menandakan Kasih Allah akan penghapusan dosa. Setelah kematian, Ia bangkit dan menampakkan diri-Nya kepada para rasul. Rangkaian penting tersebut juga sebagai bentuk Perjanjian Baru, dimana Allah menunjukkan kasih kepada umat-Nya, sekalipun telah jatuh ke dalam dosa.


Jika kamu mengetahui hari “Wafatnya Isa Almasih” dan Paskah, memang betul kedua peristiwa tersebut merupakan salah dua dari rangkaian peristiwa Pekan Suci, karena sebagai perwujudan Kasih Allah kepada umat-Nya, yang telah tertulis dalam Kitab Suci. Pada bagian ini Allah mengasihi umat-Nya, termasuk kamu, agar melepaskan “manusia lama”, dan mengenakan “manusia baru” dalam peziarahan hidup. Agar kamu dapat memaknai dan memahami rangkaian peristiwa Pekan Suci, mari simak pembahasan berikut ini.


Sebelum memasuki Pekan Suci, kamu diajak untuk memasuki masa Prapaskah. Masa Prapaskah ini akan diawali dengan perayaan Rabu Abu (atau akrab disebut Ash Wednessday). Abu tersebut akan diberkati Pastur dengan mendoakan dan memerciki air suci di tempat abu, lalu dioleskan dengan bentuk salib di dahi. Rabu Abu ini kamu diajak untuk meningkatkan semangat kerendahan hati dan pengorbanan. Tidak hanya itu, Rabu Abu ini juga sebagai “penanda” awalnya pantang dan puasa.

Mazmur 51:10 bermakna "semua orang perlu hati yang murni yang membenci dosa, dan roh yang diperbaharui yang rindu melakukan kehendak Allah." Sumber: Pinterest

Selama masa Prapaskah ini, kamu akan mendapatkan bacaan dan renungan mengenai pertobatan serta pengampunan. Setiap bacaan pada masa Prapaskah I hingga ke V akan mengajak kamu untuk merenungkan segala perbuatan dan dosa, meninggalkan sifat kedagingan, dan mendekatkan diri pada Allah.


Setelah masa Prapaskah selesai, maka kamu akan mengawali Pekan Suci dengan merayakan Minggu Palma (atau disebut sebagai Palm Sunday). Pada misa ini, kamu akan mengawali misa di luar gereja, pembacaan Injil dan homily singkat, pemercikan air suci, dan perarakan masuk ke dalam gereja. 


Prosesi ini sebagai pengenangan akan peristiwa dimana Yesus menunggangi seekor keledai; lambang kesederhanaan, dielu-elukan oleh orang banyak sembari melambai-lambaikan daun Palma di tangannya. Sebagai pengganti Injil yang biasa dibacakan Pastur yakni dengan Pasio yang didaraskan oleh tiga lektor/lektris; orang yang biasa membacakan bacaan.


Selain melihat umat membawa daun Palma, kamu akan melihat para pelayan liturgi yang menggunakan pakaian serba merah. Dalam aturan gereja, warna merah melambangan keberanian dan pengorbanan. Itulah mengapa kamu akan melihat mayoritas umat dan pelayan liturgi menggunakan warna merah untuk atribut. Hal ini sebagai lambang, bahwa Yesus dielu-elukan, lalu ‘dikorbankan’ oleh mereka untuk disalibkan.


Palma identik dengan warna merah dan daun Palma sebagai hiasan, serta dilambaikan umat. Sumber: Pinterest

Maka setelah merayakan Minggu Palma, kamu akan diajak untuk melihat jauh ke depan, pada hari Kamis Putih. Perayaan ini mengisahkan perjamuan terakhir Yesus bersama para rasul-Nya. Yesus melakukan hal ini sebagai pengenangan akan diri-Nya. Tidak hanya itu, Ia pun membasuh kaki para rasul-Nya sebagai lambang pelayanan, kesederhanaan, dan cinta kasih-Nya kepada mereka. Itulah mengapa setelah khotbah, kamu akan melihat prosesi Pastur yang membasuh kaki rasul.


Kamis Putih ini dilambangkan dengan warna putih. Hal ini menandakan bahwa Kamis Putih menjadi suatu hal yang “murni, mulia, dan sempurna”. Makna warna ini dapat kamu buktikan dengan kisah Yesus yang melakukan perjamuan terakhir dengan para rasul, yang artinya Ia menginginkan semua hal yang tertulis pada Kitab Suci terjadi. Ia menunjukkan kesempurnaan dan kesederhanaan dengan mencuci dan mencium kaki para rasul, sebagai bentuk pelayanan dan cinta kasih yang murni.


Roti dan Anggur melambangkan Tubuh dan Darah Kristus. Sumber: Pinterest

Maka tibalah hari Wafatnya Isa Almasih, atau disebut sebagai Jumat Agung. Kamu akan melihat kosongnya dekorasi; altar hanya dilapisi taplak putih kecil dan tidak ada tanaman berwarna cerah. Bahkan tidak adanya prosesi pemberkatan roti dan anggur, tidak ada iringan alat musik; murni dari paduan suara saja dan tidak ada berkat tanda salib pada pembuka dan penutup prosesi. Itulah sebabnya Jumat Agung disebut sebagai Ibadat, bukan Misa.


Pada Ibadat Jumat Agung ini, kamu akan diajak kembali untuk mengenang Kisah Sengsara Tuhan Yesus Kristus. Hampir sama dengan Minggu Palma, sebagai pengganti Injil yang biasa dibacakan Pastur maka diadakanlah Pasio Menurut Kitab Yohanes. Namun berbeda dengan Minggu Palma yang didaraskan, pada pasio kamu akan mendengar setiap bacaan yang dilantunkan dengan susunan nada. Jumat Agung dilambangkan dengan warna merah, melambangkan kemartiran dan pengorbanan Yesus untuk penebusan dosa umat-Nya.


Desain ucapan Jumat Agung. Sumber: Pinterest

Keesokan hari kamu akan diajak untuk merayakan Sabtu Suci atau sering disebut Vigili Paskah. Perayaan tersebut merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh umat kristiani sebagai persiapan perayaan Paskah. Pada Sabtu Suci kamu akan memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematiannya.


Pada Sabtu Suci ini diawali dengan pemberkatan lilin besar dengan biji dupa oleh Pastur. Selain itu kamu akan mendengarkan lektor membacakan setidaknya ada tujuh sampai dengan sembilan bacaan dan selingan lagu antar bacaan oleh pemazmur. Setelah khotbah akan ada pemercikan air suci kepada umat, atau disebut sebagai pembaptisan ulang, sebagai bentuk pembaharuan dan penghapusan dosa. Sebelum prosesi pemercikan, Pastur akan memberkati air suci yang telah disiapkan dalam sebuah tempayan besar. 


Dengan bantuan putra altar, ia mencelupkan lilin besar tersebut ke dalam tempayan, sembari melantunkan doa. Dengan nyala api pada lilin besar, putra altar akan membagikan cahaya tersebut kepada umat. Tidak hanya itu, kamu akan melihat atribut umat dan para petugas liturgi menggunakan warna putih, sebagai makna kesucian dan kemurnian karena telah “memperbarui diri menjadi manusia baru.”


Tibalah Hari Raya Paskah. Hampir serupa dengan Sabtu Suci, kamu akan melihat atribut dan dekorasi dengan warna serba putih, dan dirayakan secara lebih meriah. Hal itu dikarenakan kamu akan merayakan kemenangan Sang Kristus yang telah bangkit dari kematian, dan telah merelakan diri-Nya bagi pendosa.


Maka kamu akan mengetahui, bahwasannya Pekan Suci merupakan kisah terpenting akan penebusan dosa umat manusia. Pada setiap perayaan tersebut, kamu akan selalu diajak untuk merenungkan kesalahan dan dosa. Berpantang dan berpuasa merupakan salah satu bentuk pertobatan dan cara meninggalkan kebiasaan-kebiasaan kedagingan. Tidak hanya itu, pada Pekan Suci ini kamu diajak untuk menjadi pribadi yang dapat mengampuni dan memaafkan orang lain, sama seperti Yesus yang selalu mengampuni dan mengasihi umat-Nya.

Sabtu, 28 Oktober 2023

MASIHKAH BHINNEKA TUNGGAL IKA DITERAPKAN?

INDONESIA -  20 tahun usia saya saat ini, yang artinya sudah lumayan lama pula bertempat tinggal di Indonesia, terkhusus Ibu Kota Jakarta. Sesuai dengan semboyan nenek moyang, Bhinneka Tunggal Ika; berbeda-beda namun satu jua, sudah saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 


Rukun tetangga, rukun warga, bahkan di tempat saya menempuh pendidikan atau kerja sambilan pun, saya menemukan ragam keunikan dan perbedaan. Ragam suku dan budaya serta agama-keyakinan pun bukan menjadi penghalang bagi saya untuk tetap menjalankan hidup.

Namun ada satu dan lain hal yang mengganjal hati saya hingga saat ini. Apakah Bhinneka Tunggal Ika benar-benar ada? Apakah Tuhan itu benar adil terhadap kondisi umat-Nya? Pertanyaan tersebut didasarkan akan adanya kecaman dan kekejaman dari beberapa pihak. 


Penolakan pembangunan rumah ibadat, pelarangan ibadah, bahkan kasus penghinaan pun seakan menjadi agenda rutin yang selalu diperdebatkan. Pembahasan mayoritas-minoritas tak akan ada habisnya. Bahkan di ibu kota yang saya anggap sudah modern dan maju saja pun, masih ada perselisihan. Tak jarang demo besar-besaran tiap tahun hanya karena meminta keadilan, seolah-olah sudah paling tertindas dan tak didengar pemerintah. 


Hal yang paling menohok yakni bagaimana sulitnya kaum-kaum minoritas dalam mendapat keadilan dalam menjalani kehidupannya. Bisa makan-minum-bekerja-tidur tanpa cibiran orang-orang sekitar pun sudah bersyukur. Jika sampai dilarang beribadah bahkan membangun tempat ibadah secara layak padahal itu kebutuhan rohani, apakah masih disebut manusia beradab?


Sudah menjadi template jika orang-orang membela dirinya dengan berkata, "Itu hanya orang-orang fanatik saja kok! Kami mah diajarkan berbuat baik oleh keyakinan kami!" Pertanyaan saya pun menjadi bertambah, apakah mungkin 50% orang tersebut tidak waras dan tidak berakal sehat? Sehingga bisa jadi mereka berani melakukan tindakan di luar akal nurani sebagai makhluk beradab. 


Jika saya memberi perumpamaan, kejadian ini bagai perudungan senior ke junior, penindasan akibat sedikit perbedaan. Tindakan tersebut sudah menjelaskan poin pertanyaan saya di awal; apakah Bhinneka Tunggal Ika benar-benar ada? Apakah saya masih bisa merasakan hidup rukun?


Hingga saya hidup 20 tahun di Bumi Pertiwi ini, saya bersyukur bahwa diberi mata dan hati untuk merasakan kebaikan. Setiap harinya saya selalu berdoa dan melakukan tindak baik walaupun kecil nilainya. Saya bersyukur pula karena masih dapat merasakan cinta kasih orang-orang yang masih memiliki akal sehat. Bahkan pihak pemerintah pun semakin hari juga semakin tegas dan adil dalam menindaklanjuti kejadian anarkisme yang terjadi.


Harapan saya, semoga Bhinneka Tunggal Ika bukan saja semboyan belaka, namun juga benar-benar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga berharap dengan adanya cinta yang tertanam, rasa egois dan dendam pada diri tiap-tiap dapat meluruh. Kelak egoisme dan dendam berganti menjadi rasa kebaikan, ketulusan, dan cinta kasih yang turun-temurun ke anak-cucu kita kelak.

Minggu, 22 Oktober 2023

TERKIKISNYA PERAN MANUSIA AKIBAT KEMAJUAN TEKNOLOGI

JAKARTATidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi saat ini sangat membantu manusia, dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya sebatas mencari informasi saja, teknologi ini juga dapat membantu di berbagai bidang. Kearsipan, tata kelola kantor, periklanan, bahkan dapat melayani pelanggan di beberapa restoran atau penginapan.

Hal yang saya rasakan dengan adanya kemajuan teknologi saat ini yakni memberikan kemudahan dalam mencari informasi, memberikan edukasi secara global, menyiarkan sesuatu secara cepat, serta mempermudah pekerjaan sehari-hari.


Contohnya ketika melakukan aktivitas pendidikan (saat ini berkuliah). Tentu mencari materi dari berbagai referensi mudah saya temukan hanya dalam satu kali klik. Tidak hanya itu, ketika mencari moda transportasi dari rumah menuju stasiun, saya tidak perlu menunggu kendaraan umum lewat sekitar rumah. Cukup mencarinya melalui aplikasi dan menunggu sekitar 5 menit, saya bisa menuju tempat yang saya tuju.


Kemajuan teknologi di bidang pekerjaan pun saya dapat rasakan ketika melakukan praktik industri Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam mengolah data, membuat laporan pekerjaan, bahkan untuk membuat notulensi atau MoM (Minutes of Meeting) pun dapat dikerjakan dengan mudah.


Tidak perlu mengerjakan dengan mesin tik, itu jadul banget. Kalimat itu dilontarkan guruku yang kebetulan sudah lebih dari 30 tahun mengajar, dan pernah bekerja sebagai sekretaris pada zamannya.


Ternyata benar, ketika saya mempraktikan diri mendengarkan simulasi rapat dan mencatatnya dengan tulisan stenografi, sulitnya tentu bukan main. Guratan demi guratan saya buat dan harus diperiksa berkali-kali. Jika garisnya melenceng sedikit, atau bahkan beda ukuran sudut saja sudah berbeda makna dan arti.


 Kemudahan itu juga saya temukan ketika mampir ke kantor sekretariat salah satu gereja. Seorang pekerja disana, sebut saja Carolina, mengatakan bahwa ada dampak positif dan negatif yang ia rasakan saat bekerja menjadi sekretaris di gereja tersebut.


Sebelum bekerja di sana, pada 2008 ia pernah bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor di Kramat Jati. Ia merasakan perbedaan yang amat signifikan terkait perbedaan teknologi tersebut. Meskipun sama-sama era 2000an, ia merasa ada lonjakan baru dalam melakukan pekerjaanya.


Kata demi kata ia lontarkan, sembari mengingat masa-masa mudanya dulu ketika bekerja. Contoh mudah yang ia berikan yakni kemudahan dalam berkomunikasi dan mengirim surat.


“Ketika saya ingin memberikan lapoarn terkait penjualan ke cabang yang satunya, saya harus mengirim beberapa surat melalui pos. Tentu dikarenakan butuh waktu, penyelesaian laporan harus sesuai jadwal yang telah ditentukan manager, kemudian sisa waktu digunakan untuk durasi pengiriman.”


Melihat sekeliling, ia diam-diam memberikan sebuah website, yang biasa digunakan sekretariat gereja untuk mendata umat-umat yang berdomisili di sana. Betapa takjubnya saya ketika melihat laman tersebut. Seolah data 5 ribu umat dengan mudah ditemukan disana, tanpa melakukan effort tinggi dalam mencatat secara manual.


“Dulu zaman saya masih kecil, semuanya dicatat manual. Dulu ketika melaporkan data-data sakramen dan kelahiran sesuai akta ke sekretariat, mereka langsung catat di buku besar dokumen gereja. Tapi bukan hanya itu, bahkan ada juga buku khusus untuk arsip gereja itu sendiri. Jadi ga hanya dicatat 1 kali, ibaratnya begitu.”


Ia pun memberikan saya dua lembar dokumen. Satu lembar berwarna hijau menggunakan kertas manila, dengan tulisan komputer berisi data pribadi. Lembar lainnya menggunakan kertas HVS biasa, namun bedanya data tersebut dilengkapi logo gereja dan keuskupan, bahkan jenis tulisan lebih rapi dan tertata.


“Coba kamu bandingkan antara dua ini. Pasti kamu lebih merasakan dengan jelas perbedannya kan?”

“Ohh secara tingkat kerapihan sih emang beda. Dari datanya pun juga lebih lengkap yang di HVS ini.”


“Tentu saja, kalau yang di kertas manila, itu ketik sendiri. Jadinya ada yang kurang akurat. Entah karena ketik pribadi, atau datanya masih tulis manual. Coba kalau yang satunya, datanya itu dimasukan ke website yang kutunjukan itu. Jadinya semua lebih tertata dan rapi. Ga perlu kepikiran salah ketik atau tata letak tidak rapi.”


Mencoba mempraktikan pendataan dengan sistem baru, akhirnya saya dapat merasakan kemudahan yang begitu berarti. Tentu mencatat data di buku besar masih menjadi kewajiban sekretaris. Namun dalam mencatatnya untuk kepentingan kecil cukup menggunakan website tersebut.


Namun ia melontarkan keluhan terkait sistem-sistem yang terlalu kompleks dan sulit dipahami. Beberapa bagian di aplikasi tersebut wajib telah diisi, ataupun telah dikirim datanya. Padahal praktiknya beberapa data bisa menyusul.


"Terkadang jika ingin memasukan nama wali baptis, atau nama gereja, itu kalau dulu bisa ditulis nanti. Karena ini semua bisa tergantung dari pihak keluarga atau gerejanya juga. Tapi apa-apa harus 1x24 jam, jika tidak, sistem tidak mau menerima data itu lagi. Jika ada kesalahan pun, saya tidak bisa mulai dari awal lagi.”


Teringat ia pernah kena ‘komplain’ umat karena datanya kurang atau salah. Sebaliknya, iapun pernah menegur umat yang terlalu lamban dalam memberikan data.


“Duh, ya itu ibaratnya derita lo. Kan udah dikasih tau dari jauh-jauh hari, bahkan sudah diingatkan juga untuk serah berkas dengan cepat, tinggal konfirmasi saja. Tapi kok lamban. Ya bukan sepenuhnya salahku juga sih. Kan mengikuti prosedur dari web. Mau-ga mau juga harus cepat.”


Ia pun juga menunjukan beberapa amplop, dengan kop pengiriman ke beberapa daerah, terutama di daerah Timur.


"Di sana hanya beberapa gereja dan stasi aja yang sudah pakai email dan aplikasi. Jadi kegiatan surat-menyurat tetap menggunakan pos. Beberapa dokumen penting pun juga harus dikirim dengan jasa kirim khusus, menghindari pemalsuan data.”


Ia menceritakan proses penulisan dan pengiriman dokumen penting ke sebuah daerah. Menggunakan map dan dikemas kembali menggunakan map khusus, agar tidak rusak selama perjalanan.


Dokumen yang ia kirim pun tidak hanya sebatas undangan atau input data biasa, melainkan data pribadi umat yang bersifat rahasia. Itulah sebabnya beberapa dokumen tidak bisa sembarang dikirim menggunakan Whatsapp atau e-mail.


Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, ia merapikan beberapa alat kantornya. Kemudian ia memberikan beberapa nasihat penting terkait perkembangan teknologi di pekerjaan.


"Ya kalau mau ambil positifnya sih pasti ada. Dengan mudah, saya bisa mengirimkan via email. Jadi ga perlu repot dan biaya pos surat. Yah.. walaupun belum semua daerah-daerah tertentu menggunakan aplikasi atau email, setidaknya bisa meringankan beberapa beban.”


“Tapi perlu diingat, bukan berarti kemajuan teknologi ini selalu ada baiknya. Tentu ada nilai buruknya. Terkadang terlalu dipermudah juga buat manusia jadi malas. Jadi sih untuk penggunaan teknologi bukan dibatasi bahkan tidak boleh, melainkan harus disesuaikan porsinya saja.”


“Ambil positifnya, buang negatifnya,” ujar Carolina.  

Jumat, 13 Oktober 2023

ROMANTISASI MANHWA TEMA KERAJAAN

 KARYAKU


Sejujurnya saya pribadi penikmat konten thriller atau horror. Menurut saya cerita bergenre tersebut menegangkan dan punya nilai misteri tersendiri. Itu sebabnya saya dan mama selalu menonton film-film genre horor. 


Jika horror dan thriller bertahta di nomor satu, romantis dan drama berada di urutan kedua. Tergantung segi alur dan konflik yang disajikan. Jika hanya sekadar romantis menye-menye, tentu cerita tersebut tidak menarik.


Berbeda dengan Wendy The Florist. Cerita yang disuguhkan cukup menarik, dengan tatanan bahasa yang baku sesuai dengan tutur bicara pada zaman kerajaan. Walaupun beberapa alur sempat saya kurang pahami, namun cerita yang disampaikan cukup membuat saya penasaran.


Ada satu scene dimana mereka saling berpelukan pada sebuah taman. Taman yang secara ajaib tumbuh hanya dengan sentuhan ajaib Wendy, itu yang membuat cerita ini terasa magical


Gambar ini saya buat ketika selesai membaca Season 2 part 3. Merindukan jemari yang menari dan melukiskan suatu ide, saya mencoba untuk membuat sketsa part kesukaan saya. 


Hal tersulit yakni membuat detail gaun yang mereka kenakan. Gurat demi gurat, simbol dan ekspresi karakter perlu didetailkan lebih baik agar mudah memahami arti gambar tersebut. Karyanya tersebut sukses membuat hati saya terenyuh dan seolah ada kupu-kupu menari di hati dan perut. Membahagiakan sekaligus mengharukan. 

DAMPAK FENOMENA BULLYING PARA PELAJAR DI INDONESIA

ARTIKEL TERKINI - Setiap keluarga maupun individual tentu memiliki tingkatan dan gaya hidupnya masing-masing. Mulai dari strata tinggi hingg...