ARTIKEL TERKINI - Setiap keluarga maupun individual tentu memiliki tingkatan dan gaya hidupnya masing-masing. Mulai dari strata tinggi hingga rendah. Tidak hanya itu, kepedulian dan rasa kemanusiaan pun berbeda satu dengan lainnya.
Hal yang menjadi permasalahan bukanlah tinggi-rendahnya gaya hidup, melainkan kritikan yang dilontarkan tiap-tiap orang. Mulai dari kritikan kecil hingga merambah ke ranah besar yang memicu pembulian.
Secara umum, perudungan atau bullying merupakan bentuk kekerasan yang sengaja dilakukan seorang individu maupun kelompok. Fenomena ini terjadi dikarenakan adannya perbedaan status sosial, dendam, atau dianggap 'guyon' oleh para pelaku.
Pembulian pun ragam macam. Ada secara non-verbal (kata-kata), ada pula dengan kekerasan fisik seperti memukul, meludah, hingga tatapan tajam kepada korban.
Di Indonesia sudah marak kasus pembulian. Mulai dari iri dengan prestasi seseorang, menertawakan status ekonomi, hingga usil belaka yang mengakibatkan kematian.
Salah satu dari sekian berita yang menyayat hati yakni kisah Siswi Sekolah Dasar asal Gresik. Ia dibuli hingga mengalami buta permanen. Hal ini diduga karena pelaku memaksa diberi uang jajan kepada korban, namun tidak diberikan. Pelaku emosi hingga menusuk mata kanan korban dengan tusuk bakso.
Tentu saja sang korban mengalami keterlukaan dan konflik dalam dirinya. Tidak hanya terluka secara fisik, iapun mengalami luka batin yang luar biasa. Kedua orang tuanya pun disarankan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain dan dibawa ke dokter psikolog.
Hal yang saya takutkan ketika melihat atau mendengar berita terkait korban pembulian yakni trauma mendalam, hingga takut berinteraksi dengan orang baru.
Hal ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang mereka, terutama peralihan usia kanak-kanak menuju remaja hingga dewasa.
Peran penting mengatasi perudungan di sekolah tidak hanya dilakukan keluarga saja, melainkan seluruh pihak, baik tenaga pendidik, teman sebaya, bahkan instansi diluar pendidikan juga berperan.
Tidak hanya menjadi pengajar secara formal, tenaga pendidik juga berperan sebagai 'orang tua' di sekolah. Menjadi pendengar tanpa menghakimi maupun menyalahkan situasi korban, dan memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.
Begitu pula dengan teman-teman sebaya. Sepatutnya mereka juga menjadi teman yang mendampingi dan melaporkan jika ada sesuatu yang tidak baik dalam lingkungan pertemanannya.
Tentu kasus bullying bukanlah hal yang mudah untuk diberantas secara instan. Namun hal sederhana bisa dimulai, untuk memutus rantai 'iblis' tersebut. Jika bukan kita yang memulai, siapa lagi?
#bullying #Indonesia #fenomena